Bentuk-Bentuk Kekuasaan Menurut French & Raven
Kekuasaan
 merupakan suatu kapasitas yang dimiliki oleh seseorang (A) untuk dapat 
mempengaruhi perilaku orang lain (B) sehingga si B mau tidak mau 
melakukan apa yang diminta oleh A. Dalam kekuasaan, terdapat 
unsure-unsur yang mempengaruhi, antara lain ada hubungan, ada komunikasi
 dan ada ketergantungan (B terhadap A). Ketergantungan termasuk 
didalamnya karena kekuasaan (kepemimpinan) menuntut suatu kesesuaian 
antara pemimpin dengan pengikutnya.
Ada lima bentuk kekuasaan menurut French and Raven (1960). Diantaranya Coersive Power, Insentive Power, Legitimate Power, Expert Power dan Referent Power.
Bentuk kekuasaan yang pertama adalah Coersive Power.
 Coersive Power merupakan suatu kekuatan untuk memaksa seseorang untuk 
melakukan sesuatu yang mungkin melawan kehendak mereka. Dari sisi si 
pemegang kekuasaan (A), ia mempunyai kekuasaan untuk memaksa orang lain 
agar mereka merasa takut. Pemaksaan juga merupakan kekuatan utama semua 
pemerintah. Dalam kehidupan sehari-hari contohnya adalah ketika seorang 
dosen membuat peraturan kepada mahasiswanya. Mahasiswa tersebut harus 
masuk kelas minimal 10 kali dalam periode 1 semester jika tidak maka 
dosen tersebut tidak akan memberikan nilai aman kepada mahasiswa 
tersebut. Atau dapat juga ketika dosen tersebut mempunyai peraturan 
dimana mahasiswa harus datang tepat waktu. Keterlambatan maksimal 15 
menit. Jika lewat dari jam tersebut ia tidak boleh mengikuti mata kuliah
 tersebut hari itu. Dan apabila telah 3 kali terlambat atau tidak masuk 
kelas maka ia tidak boleh mengikuti mata kuliah tersebut selama semester
 itu atau dengan kata lain nilainya E. Hal tersebut termasuk coersive 
power dari si A (dosen) kepada si B (mahasiswanya).
Kemudian bentuk kekuasaan yang kedua yaitu Insentive Power.
 Insentive Power merupakan pematuhan yang dicapai berdasarkan kemampuan 
untuk membagikan imbalan yang dipandang oleh B sebagai sesuatu yang 
berharga. Dalam konteks organisasi, insentive dapat berupa gaji, 
kenaikan pangkat, rekan yang ramah, informasi yang penting, daerah kerja
 yang disukai dan penilaian hasil kerja. Kekuasaan yang demikian 
kemampuan memberi kepada orang lain apa yang mereka inginkan, dan 
karenanya meminta mereka untuk melakukan hal-hal untuk orang tersebut 
dalam pertukaran. Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita ambil contoh 
seorang manager sebuah kantor majalah memberikan suatu informasi yang up
 to date, original dan belum diketahui siapapun kepada seorang wartawan 
di kantor majalah tersebut. Maka informasi tersebut dianggap sangat 
penting dan berharga bagi produktivitas wartawan itu dan mungkin dapat 
mempromosikan kenaikan jabatannya. Hal tersebut menerangkan adanya 
insentive power dari si A (manager) kepada si B (wartawan). Si wartawan 
lebih mudah dipengaruhi managernya dan melakukan apa saja yang mungkin 
managernya inginkan.
Bentuk kekuasaan yang ketiga adalah Legitimate Power.
 Legitimate Power merupakan suatu kekuasaan sah/resmi yang diterima oleh
 seseorang sebagai hasil dari pelimpahan wewenang dalam suatu 
organisasi. Kekuasaan yang sah adalah sesuatu yang diinvestasikan dalam 
sebuah peran. Legitimasi mungkin berasal dari kekuatan yang lebih 
tinggi, sering dikaitkan dengan kekuatan pemaksa. Legitimate Power 
mempunyai pengaruh yang cepat. Bentuk kekuasaan ini juga sering disebut 
sebagai posisi otoritas karena dapat mencakup kekuasaan paksaan dan 
imbalan. Misalnya dalam kasus seorang supervisor casier di suatu 
supermarket mempunyai kekuasaan terhadap bawahannya (casier). Apakah 
supervisor harus mempertahankan karyawannya jika kinerjanya baik ataukah
 ia harus memecatnya karena kinerjanya buruk. Hal tersebut telah menjadi
 kekuasaannya. Ia mempunyai kekuasaan resmi dari pimpinan supermarket 
tersebut.
Bentuk kekuasaan yang keempat adalah Expert Power.
 Expert Power merupakan suatu kekuasaan yang berupa pengaruh yang 
didasarkan pada suatu keahlian atau keterampilan lebih. Kekuatan Expert 
adalah bentuk yang sangat umum kekuasaan dan merupakan dasar untuk 
proporsi yang sangat besar kolaborasi manusia, termasuk sebagian besar 
perusahaan di mana prinsip spesialisasi memungkinkan 
perusahaan-perusahaan besar dan kompleks yang harus dilakukan. Misalnya 
seorang arsitek dan designer interior kepada seorang pengusaha yang 
ingin membangun perhotelan di suatu tempat. Arsitek tersebut mempunyai 
kekuasaan berupa pengaruh kepada si pengusaha dalam hal perencanaan 
pembangunan hotel tersebut karena ia lebih ahli dalam bidang konstruksi 
bangunan dan design interior. Si pengusaha itu pun akan terpengaruh oleh
 saran-sarannya karena ia ahli atau lebih banyak tahu di bidang 
tersebut. Hal tersebut menunjukkan adanya expert power dari si A 
(arsitek) kepada si B (pengusaha).
Bentuk yang terakhir adalah Referent Power.
 Referent Power merupakan suatu bentuk kekuasaan yang berupa pengaruh 
yang didasarkan oleh rujukan atau pemilikan sumber daya atau ciri 
pribadi yang diinginkan seseorang. Kekuasaan ini didasarkan oleh 
kekaguman, mirip dengan kharisma. Jika seseorang mengidolakan seseorang 
karena kagum, maka seseorang yang menggagumi tersebut juga ikut 
terpengaruh oleh kekuasaan idolanya. Ini adalah kekuatan karisma dan 
ketenaran dan dikerahkan oleh semua figur masyarakat serta para pemimpin
 sosial yang lebih lokal. Mereka yang memiliki kekuasaan rujukan juga 
dapat menggunakannya untuk pemaksaan. Misalnya sosok Mario Teguh, 
seorang motivator terkemuka yang dikagumi banyak orang karena 
kharismanya dan ciri pribadi yang menarik banyak perhatian para 
penggemarnya bahkan peserta acara motivasi atau sekedar pemirsa televisi
 yang menyaksikan acaranya pun dapat terpengaruh oleh apa yang ia 
bicarakan. Dan mungkin karena ketenarannya Mario Teguh juga dapat 
mempengaruhi psoduser acara untuk menjadikannya pembicara tetap di suatu
 acara dengan bayaran yang sesuai dengan standar yang ia punya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar